Friday, July 31, 2009

AJARI AKU MENANGIS

Saat azan subuh menyapa, aku membuka mata.
Perih...

Aku tau baru saja mimpi buruk.
Namun ternyata ini bukan sekedar mimpi.
Perih...


Ajari aku menangis, sehari ini.
Lalu jika malam menjelang, ingatkan aku untuk melupakan bagaimana cara menangis.
Ajari aku menangis, agar terbuang tanya, terbuang perih.
Dan apabila malam menjelang, ingatkan aku untuk berhenti menangis.
Lalu esok hari, aku menjadi dingin lagi, menutup luka baru ini.
Ajari aku menangis..
Sebelum aku benar benar tak mampu untuk menangis lagi.

Thursday, July 30, 2009

PERJALANAN YANG TAK BERAKHIR

Langit tak mendung, kamipun berharap matahari belum pergi. Seorang kawan masih terbaring. Mungkin kelelahan sedang tunjukkan egoisnya hingga ia tak kuasa melawan. Mungkin juga Tuhan berinya waktu sejenak agar ingat cintanya pada dirinya tak boleh terlupakan. Kami harap itu hanya sejenak, kemudian ia kembali lukiskan jejak perjalanannya.


Tetes-tetes kata yang terkumpul, terangkum sudah dalam kolam kami. Nanti atau kelak, tetes-tetes itu kan obati dahaga para pencari makna. Hingga dapat dilihatnya cinta, luka, hampa, bahagia, resah, Tuhan, hati, dan mimpi.

Langit biru itu masih terlampau luas, belum mampu ditutupi awan-awan gelisah. Seperti yang kita yang tidak akan mampu lengkapi rindu akan rasa. Para pencari akan terus resah, lalu menjelajah semua jengkal cerita. Dan semua tak mungkin hanya berakhir di sini.

EUFORIA KATA-KATA


kumohon pada pena...

temani aku menyiram kata malam ini
agar menjadi sebuah sajak
yang rindang esok hari


di ujung lidah
pesta pora katakata
di mata pena
gerak riuh tarian makna
di piring kertas asah
terjawab sudah tanya dada
dan di dagumu yang aduhai
sepenggal kisah menawarkan asa

Monday, July 27, 2009

PUISI TANPA NAMA

berikan aku satu cerita yg indah,
dan lukiskan aku pemandangan yg cantik
tapi goresn itu tanpa nama,

kan ku rangkai kata dengan jalinan merdu kisahmu,
tapi goresan itu tanpa nama,


saat aku menghilang,saat aku tak ada jangan panggil namaku,
karna aku tak punya nama,

bait-bait untaian puisi itu menyuruhku berhenti sejenak,
berikan aku nama,biar semua orang bisa memanggilku dan menyebut
namaku,

saat aku melahirkanmu ku berikan kau nama
puisi tanpa nama.

by : Putu Wirawati

RINDU


Ada hitam di balik pintu
dan bulan tersenyum malu

Terbalut kenangan berkotak-kotak
di dasar ini aku berpijak

Enam jam kita terpisah
jutaan menit berlalu resah


Kapankah engkau akan berpaling
dari hati yang terus menuding

Mungkin tangan dan kakimu bebal
bukan engkau yang menanggung sesal

Takkan cukup senyum lugumu
tuk melihat darah dikakimu

Jangan melagukan pelangi
karna engkau tak berhati

By : Dewi Puspita-Swiss 26 juli 2009

Monday, July 20, 2009

IRAMA CINTA DALAM SETETES EMBUN


Embun menyapa daun memberi kesejukan tanpa melekat
sang daun sadar kesejukan bukanlah miliknya
hingga tak cukup alasan baginya untuk menahan embun untuk tetap tinggal

hukum jatah tempo membatasi perjumpaan embun dan daun
hingga mereka memilih belajar 'tau diri',
menikmati sinergi sesuai jatah tanpa ada sesal


ikhlas mengiring ketika nikmat sinergi harus berlalu.
Ikhlaslah yang kan menggenapi guna embun
membasahi tiap detil pori daun
memberinya hidup

embun mengantar daun bertumbuh
Demikianlah cinta yang telah berjumpa
bermuara pada kedalamannya
cinta yang beriringan dalam jalan tumbuh

BY : Chindy Tan

SALAM DUKA INDONESIA

Dalam langit yang mendadak mendung,
Dalam mega gelap bersinambung
Hujan gerimis baru saja turun.

Wajahmu menyiratkan duka.
tak seperti biasa kau sedikit murung.

Ibu:
Tak usah....
tak usah larut dalam duka
Ini hanya sementara saja,
Biar badai langit mengamuk gaduh,
melukai wajahmu yang imut,
Cintaku tak kan luntur dan hanyut.


(Mudah-mudahan hujan air mata
tak terlalu lama mengguyur.

Aku masih disini,
tak kan pergi
menemanimu,
berkabung.


Salam duka Ibu Pertiwi,
Pagi ini: 17/7/2009
Dari: Anakmu.........
-------------------------------------------------------------

Mungkin ada hati yang merindu kehancuran
Memanggil kembali angin kemusnahan
Tanpa peduli bukan ia yang ciptakan manusia
Bukan dia pula pemilik takdir dan jiwa

Lalu apa yang tersisa...

Harapan yang musnah
Mimpi yang berakhir
Juga kenangan tentang yang takkan kembali
Menjerumuskan kembali Indonesia yang baru bangkit
Yang baru saja menangkap percaya

Bersabar kembali
Mungkin nanti
Kita akan bangkit lagi

By : Harapan
-------------------------------------------------------------

air matamu belum kering,
ketika terakir kali kau berteriak kesakitan minta tolong,
saat terakir kau genggam tanganku
ku rasakan jutaan kehangatan mengalir deras di kalbuku,
saat di akhir perpisahan sempat aku ucapkan kau akan kokoh dan kuat,
tapi tak selang lama aku pergi kenpa kau menjerit lagi,
KENAPA?
apa belum cukup semua penderitaan yg kau gendong,ibu......
aku akan kembali memeluk kau dan air matamu,
aku percaya kau akan bangkin seperti leluhurku yg selalu mennyerukan namamu
Indonesia......

By : Putu Wirawati
-------------------------------------------------------------

sejak dulu katanya mati
sejak dulu katanya muram
sejak dulu katanya bungkam
sejak dulu katanya lesu
sejak dulu hanya itu, itu dan itu saja
dan sejak dulu.............sebetulnya kita belum merdeka

By : Gie Wahyoe
-------------------------------------------------------------
Untuk teman-teman yang ingin mengungkapkan salam dukanya pada Indonesia, silahkan kirim puisi anda ke puisi.air@gmail.com

Salam Puisi Air

Followers

LANGGANAN

Kami kirim puisi kami secara gratis langsung ke email anda. Silahkan isi formulir di bawah ini untuk berlangganan

Enter your email address: